![]()

Media Nu Pakuniran, Tiris, 15 Desember 2025, -Sebagai seorang guru muda di tingkat Sekolah Dasar (SD), saya, Eva Rahmawati, melihat dunia pendidikan hari ini sebagai perpaduan antara tantangan besar dan potensi harapan yang luar biasa. Anak-anak SD adalah masa depan yang paling murni, dan tanggung jawab kita untuk membentuk mereka adalah tugas yang sakral.
1. Tantangan di Era Digital
Generasi murid kita saat ini adalah digital native. Ini membawa tantangan besar:
- Distraksi Digital: Fokus belajar di kelas sering kali bersaing dengan daya tarik gawai dan konten instan di rumah. Ini menuntut guru untuk jauh lebih kreatif dalam menarik perhatian mereka.
- Kesenjangan Akses dan Literasi: Meskipun beberapa anak sangat mahir menggunakan teknologi, masih banyak yang mengalami kesenjangan, baik dalam akses perangkat maupun kemampuan literasi digital. Kita harus memastikan teknologi menjadi alat pemerataan, bukan pemicu kesenjangan baru.
2. Beban Administrasi yang Menggerus Waktu Mengajar
Salah satu keluhan terbesar dari rekan-rekan guru adalah beban administrasi yang terlalu padat.
“Waktu yang seharusnya bisa saya gunakan untuk merancang kegiatan belajar yang lebih menarik, mengevaluasi pekerjaan murid secara personal, atau sekadar berinteraksi lebih dalam dengan mereka, justru habis untuk mengisi berkas, laporan, dan memenuhi tuntutan birokrasi.”
Ini adalah masalah struktural. Pendidikan harus kembali fokus pada interaksi guru-murid dan kualitas pembelajaran, bukan hanya pada kelengkapan dokumen.
3. Pentingnya Pendidikan Karakter dan Kecerdasan Emosional
Kurikulum saat ini memang telah menekankan pada aspek non-akademik, namun pelaksanaannya di lapangan harus lebih mendalam.
- Lebih dari Nilai: Kita tidak hanya mendidik anak-anak untuk mendapat nilai A, tetapi untuk menjadi manusia yang berempati, bertanggung jawab, dan memiliki keterampilan sosial yang baik.
- Zona Aman Emosional: Sekolah harus menjadi safe space (ruang aman) bagi anak untuk mengekspresikan emosi, belajar mengatasi frustrasi, dan memahami perbedaan. Ini jauh lebih penting bagi kesuksesan jangka panjang mereka daripada sekadar menghafal.
4. Harapan: Kolaborasi Tiga Pilar Pendidikan
Saya percaya bahwa solusi untuk memajukan pendidikan dasar terletak pada penguatan kolaborasi antara tiga pilar utama:
| Pilar Pendidikan | Peran yang Diharapkan |
| Guru/Sekolah | Inovator pembelajaran, fasilitator, dan pembentuk karakter. |
| Orang Tua/Keluarga | Mitra belajar, teladan etika, dan penyedia dukungan emosional di rumah. |
| Masyarakat/Pemerintah | Penyedia sumber daya, penyederhana regulasi, dan pencipta lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak. |
Pendidikan adalah ekosistem. Jika salah satu pilar lemah, seluruh struktur akan terpengaruh. Ketika guru, orang tua, dan pemerintah bekerja selaras, barulah kita bisa menciptakan lingkungan belajar yang optimal bagi anak-anak SD.
Menjadi guru SD adalah pekerjaan hati. Saya optimis dengan potensi generasi muda kita. Dengan dukungan, regulasi yang lebih fleksibel, dan fokus yang kembali pada esensi mendidik — yaitu menginspirasi keingintahuan dan membentuk karakter — kita bisa menjadikan Sekolah Dasar sebagai fondasi terkuat untuk masa depan Indonesia.
( Red ).







